Posts Tagged ‘Naskah Teater’

HM1L [baca:hamil]

Karya : Puthut Buchori

 

https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/id/f/f1/Puthut.jpgPERTUNJUKAN DIMULAI DENGAN LAGU DAN GERAK RAMPAK YANG MENGGAMBARKAN TENTANG SEMANGAT KAUM MUDA DALAM MENGHADAPI DUNIA.

SYAIR 1 : MANUSIA MUDA

Orang-orang Muda

Tersisihkan keangkuhan generasi

Dikalahkan kesombongan basi

Korban orde pembodohan

 

Kami tak lagi bisa bungkam

Tak lagi kami hanya diam

Mesti terkotak sistem aturan

Namun kami tetap punya otak

 

Bergerak derak harus teriak

Energi kami masih perkasa

Menerjang menerpa meski menendang

Karena kami tak pernah lelah

 

Dengan gaya kami

Inilah diri kami

Aneka ragam keinginan terpendam

Rupa-rupa warna hasrat

Suka-suka segala dicoba

Hura-hura sisi dunia ceria

Muda-muda gaya

Hidup untuk dinikmati

Jadikanlah segalanya ceria

Uh…. Mempesona

 

BAGIAN 1

SEKELOMPOK ANAK MUDA KAUM PINGGIRAN YANG BERGAYA ‘PUNK[1]’ BERLARIAN MENGEJAR SESEORANG YANG MEREKA ANGGAP SEBAGAI MANGSA. DISUSUL KEMUDIAN SEKELOMPOK ANAK MUDA YANG BERPAKAIAN MODIS (MODE MASA KINI) YANG JUGA SEDANG MENGEJAR SESEORANG  YANG JUGA MEREKA ANGGAP SEBAGAI MANGSA.

BAGIAN 2

SEORANG PEREMPUAN BELIA DUDUK DIAM SEDANG DIADILI KEDUA ORANG TUANYA. DIA HANYA MENANGIS TAK BERDAYA, SEMENTARA AYAHNYA MARAH KARENA KELAKUAN ANAK SEMATA WAYANGNYA TIDAK SESUAI HARAPAN.

 

001. AYAH                 :  Apa, hamil ?

002. SISI                     :  Ya, maafkan Sisi ayah ?

BAGAI PETIR MENYAMBAR DISIANG BOLONG, AYAH MARAH SEJADI-JADINYA.

003. AYAH                 :  Oh my God !!, dosa apalagi yang diperbuat anak ini, kutukan apalagi yang menimpa keluarga ini.

004. SISI                     : Maaf….

005. AYAH                 :  Diam!! Ayah kurang memberi apa padamu, uang jajan,  pendidikan, kebutuhanmu sehari-hari. Kurang apa coba, segala permintaanmu aku kabulkan semua.

006. SISI                     : Ayah…

007. AYAH                 : Jangan bicara dulu! Apa kamu tidak kasihan pada ayahmu ini, pontang-panting bekerja untuk memenuhi kebutuhan kalian, memberi makan kalian….

008. SISI                     : Ayah…

009. AYAH                 : Diam kataku!

010. IBU                      : Ayah, berilah waktu untuk dia berpendapat.

011. AYAH                 : Kamu juga bu, orang tua yang tak bisa mendidik anak. Kamu lebih banyak di rumah, lebih banyak bersama anak semata wayang ini, kok ya bisa-bisanya sampai kecolongan “meteng[2]” !

012. IBU                      : Ha, elho[3] ! kok jadi ayah juga menyalahkan aku ?

013.AYAH                  : Kamu ibunya, tugasmulah mendidik anak !

014. IBU                      : Siapa bilang ? Ayah juga punya kewajiban mendidik dia.

015. AYAH                 : Aku sibuk bekerja !

016. IBU                      : Aku juga sibuk…

017. AYAH                 : Sibuk apa ? Arisan, piknik, sibuk ubyang-ubyung[4] dengan kelompok arisanmu itu ?

018. IBU                      : Alaah[5], ayah hanya bisa menyalahkan, menghindar dari tanggung jawab moral…

 

DI TENGAH PERTENGKARAN ITU, SISI BERTERIAK HISTERIS, SUASANA JADI SEPI, BAPAK DAN IBU KELUAR DARI PANGGUNG. HANYA ADA SISI SENDIRI. MELAMUN, MENERAWANG JAUH, KOSONG.


[1] Sebuah gaya kaum pinggiran dengan baju dan celana ketat, rambut kaku berdiri seperti suku Mohawk di Indian dan banyak asesoris dari metal di seluruh tubuhnya.

[2] Meteng (Jawa), berarti Hamil.

[3] Ungkapan bernada bertanya karena disepelekan.

[4] Ubyang-ubyung (Jawa), berarti berjalan kesana-kemari mengikuti arus kawan-kawanya.

[5] Ungkapan menyepelekan pembicaraan.

 

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

Wewe Gombel

M.S. Nugroho

https://i0.wp.com/www.indosiar.com/images/v09/sinopsis/wewe200.jpg

Karakter         : Wewegombel, Gondoruwo, BELA, MAMA, ORANG-ORANG,

ANAK-ANAK

 

 

 

 

01.  Senja hari, di atas pohon besar, mengerikan

Wewegombel, Gondoruwo

 

Dalam bayangan hitam, WEWEGombel menangis sedih.

 

GOMBEL        : Ruwo… malam datang lagi. Malam datang lagi.

RUWO                        : Malam akan selalu datang, Gombel…

GOMBEL        : Malam akan selalu menyiksaku, Ruwo. Malam akan membuatku kesepian.

RUWO                        : Tidak, Gombel. Aku akan menemanimu. Aku akan selalu di dekatmu.

GOMBEL        : Ya, dan tanpa anak.

RUWO                        : Maafkan aku, Gombel. Aku tidak bisa memberi yang kau inginkan.

GOMBEL        : Ratusan tahun aku menunggu. Sampai kapan lagi aku sanggup menunggu

seorang anak menghiburku.

RUWO                        : Inilah nasib kita, Gombel. Ratusan tahun usia kita. Kita tidak perlu anak

untuk melanjutkan hidup kita. Kitalah yang mendampingi sang waktu.

Malam bukanlah kesedihan kalau kita bersabar.

GOMBEL        : Aku tidak bisa bersabar lagi, Ruwo. Setelah ratusan tahun kata sabar jadi

tidak bermakna. Ayolah, kita akan dapatkan anak  yang manis.

WEWE GOMBEL terus merajuk. Kemudian percakapan terhenti karena sayup terdengar anak belajar bernyanyi.

02.  Malam hari, di dalam rumah terang dan bersih, pinggiran kota.

BELA, MAMA

 

BELA sedang belajar di kamar atas; di ruang tamu MAMA lelah sepulang kerja.

 

BELA              : (Menyanyi)    Kasih ibu kepada beta

tak terhingga sepanjang masa

hanya memberi tak harap kembali

bagai sang surya menyinari dunia.

 

MAMA                        : Bela, berisik. Mana air untuk Mama?

BELA              : Iya, Ma. Sebentar.

 

Mama berolah raga sekedarnya dan menyalakan lampu teras. Bela turun membawakan air hangat. Mama menyentuh air langsung marah.

MAMA                        : Terlalu panas, Goblok. Kau mau merebus Mama! Kurang ajar!

MAMA memukuli BELA dengan handuk. BELA cepat-cepat mengambil air sambil menangis.

BELA              : Maaf, Ma. Bela tambahkan air dingin dulu.

MAMA mengumpat seraya menyalakan televisi dan memencet-mencet remot. Bela mengurut kaki Mama sambil terus menangis.

MAMA                        : (Mentertawakan acara televisi) Bela, sudah. Diam. Tidak kau lihat

Mama sedang menonton sinetron*).

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

M.S. Nugroho

MALIN

The End Scene

 

https://i0.wp.com/www.bkdjombang.com/foto/pegawai/197004241999031006.jpgDi lautan. Ombak berdeburan dan langit berkilatan. Kapal membatu  dan angin gemetaran.

Sekelompok orang bernyanyi layaknya nelayan.

Penyanyi    : Cerita membuka luka di balik luka

Pedas dan pedih tiada terasa

Air mata hanyalah hiasan

Hati dan pikiran jadi redam

 

Jika amarah jadi udara

Mulut menyembur tiada terarah

Tangan menusuk sampai berdarah

Setan dan nafsu menjadi kendara

01

 

Badai menggeram, suara MALIN tertawa lantang.

 

MALIN           : Tidak. Aku tidak punya bunda seperti kau!

BUNDA          : Malin, dosa apa setan apa. Kau tak kenal bunda sebanyak bumi. Nyawamu

tumbuh dari hembus nafasku. Wajahmu terpahat dari belai kasihku. Darahmu

mengalirkan air susuku. Sudahlah. Jika kau bukan anakku, kembalilah ke

kapalmu. Jika engkau benar anakku,  kembalikan air susuku. Kembalikan.

Jika kau tak mampu, jadilah saja kau batu! Batulah engkau, batulah engkau!

MALIN           : Bunda, benarkah engkau itu Bunda?

Dalang        : Duh, Bunda si Malin Kundang

Telinga terbakar, hati berdarah

Mulut mengutuk anak tersayang

Langit keramat tersentak dan jadilah…

PENYANYI    : Halilintar mencambuk lautan, maka kutukan jadilah perwujudan.

BUNDA tertawa kesurupan

02

 

DALANG        :  Tapi sekejap kemudian sadarlah BUNDA.

MALIN telah lenyap dari pandangan.

Tinggal sebongkah batu kesepian.

Air mata jadi rinai hujan.

PENYANYI    :  Tiga belas burung camar berputaran

Dengan paruh teriakan bersahutan

Kini udara menjadi mantra kutukan

Terpendam dari senja kesedihan

BUNDA          :  Malin! Malin! Malin! Di manakah engkau, Anakku? Malin, apakah engkau

mendengarku? Malin, jawablah. Sembunyi di mana, diam di mana,  Anakku?

Jawablah. Aku yakin, kau mendengarku. Tidak bisa tidak, kau pasti

mendengar aku. Dengarlah. Peluklah Bunda kau sekarang. Katakan  kau

merindukan aku. Ayo lakukan. Kalau tidak, buat apa aku hidup. Aku

menjaga nafasku untuk mencium kening kau. Kalau Bunda tak kau jawab,

sia-sialah kuhirup nafasku sendiri. Dan baju sang maut akan lebih layak

kukenakan. Upacara kematian di depan mata anaknya sendiri yang tak tahu

diri. Kau lihat, Malin. Tongkat ini masih cukup tajam untuk menusuk

jantung renta ini. Kau kuhitung sampai sembilan untuk datang kepadaku.

Karena kau telah datang ke pangkuan bunda melalui sembilan bulan eraman

rahimku. Bersiaplah, aku mulai menghitung dari angka paling akhir.

Sembilan….  Malin, baiknya, maafkan Bunda. Bunda tak sengaja, Sayang.

Ini tak sengaja. Ini seperti teriakan sakit ketika gigi susumu menggigit

putingku. Aku sakit  kepada diriku sendiri, bukan kepada kau. Delapan…

Mana mungkin seorang ibu menyakiti anaknya. Untuk apa perjuangan

melahirkan kau kuhapus sendiri dengan mengusir kau. Untuk apa Bunda

mempertaruhkan nyawa kalau untuk membenci kau. Untuk apa Bunda

membanting tulang untuk kau. Tujuh…. Kalau pada akhirnya harus mengutuk

anaknya. Untuk apa? Malin, itu  bukan Bunda. Sekarang, inilah Bunda,

Malin. Bunda yang rela kakinya berdarah-darah, naik-turun gunung, jutaan

hasta: untuk menatap wajahmu.  Enam…. Inilah Bunda, Malin. Bunda

yang sabar sendirian menunggu ratusan malam di tengah udara jahat

dan tamparan hujan: untuk menyambut kedatangan kapal kau. Lima….

Inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela mencium kaki kau dan bahkan

berubah menjadi batu  supaya kau  tersenyum. Empat…. Bunda bersungguh-

sungguh untuk membunuh diri jika kau tak menjawab, Malin. Tiga….

Apakah kau benar-benar telah menjadi batu? Telinga kau menjadi batu

dan hati kau juga menjadi batu?  Dua…. Sampai hitungan kesekian kau tidak

juga menjawabku, Malin? Apakah Bunda terlalu hina untuk kau? Satu…. Ini

sudah masuk hitungan terakhir. Kau di mana? Kau memang batu. Aku

mengajari kau menjadi lautan, kau malah menjadi batu.  Aku akan…. Ini

detik terakhir…. Nol….Nol…. Nol…. Malin, kau sangat tega, ya? Ini kau

sudah putuskan. Baiklah, mungkin ini yang terbaik. Bunda memang bersalah.

Bunda memang telah mengutuk kau. (Mengoyak-ngoyak  bajunya   sendiri)

Badan ini memang tak layak sebagai seorang bunda. Jantung ini memang

baiknya diam selamanya untuk minta ampun pada kau. Bunda memang

pantas mati untuk menebus kesalahan Bunda. Darah ini akan menjadi saksi.

Nyawa ini untuk kau, Malin!

Bunda menusuk jantungnya sendiri.

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

The Light Of Ken Dedes

M Ahmad Jalidu

 

https://i0.wp.com/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash2/hs057.ash2/36201_400177773181_644383181_4397684_5850279_n.jpgOpening

Café

Band mengalunkan lagu lembut. Seorang wanita duduk sendiri di salah satu meja.

Lagu :

If I were you and you were me

And all the thing in life become so blue

And when the night is bright and days turns dark

So world will be so blue

The time is lost, and space is worse

The God may be seems blue

And my heart so blue

And your face is blue

Let me cry

Couse those tears also blue

 

Lampu temaram…

Wanita di Café       : Kenapa harus aku. Aku tak tahu bahwa sinar di kelaminku ini ada artinya. Kupikir semua orang juga begitu. Kupikir karena semua orang begitu maka tak perlu dibicarakan lagi.

Aku masih ingat ketika kakekku mendongen baratayuda. Aswatama yang ingin membalas dendam kedamaian ayahnya resi Durna terpaksa menggali terowongan dalam tanah menuju ke keraton Amarta. Dia ditemani ibunya yang membuka kain hingga kelaminnya terbuka dan memancarkan sinar untuk menerangi dendam suci sang putra.

Kupikir itu tidak aneh.

Aku bahkan rajin membersihkan kelaminku ini, dan tak lupa mengelusnya setiap menjelang tidur dan pagi sebelum mandi. Waktu itu aku berjanji tak akan berhenti begitu setiap hari sebelum kelaminku bersinar seperti petromak. Setiap tengah malam kumatikan lampu kamar dan aku telanjang untuk menguji apakah vagina cantikku sudah mampu menerangi ruangan seperti milik istri Durna? Dan selalu saja belum.

 

Di sudut lain sebuah adegan menggambarkan berita televise tentang Beberapa orang arkeolog yang melakukan penggalian dan menemukan situs kuno.

Reporter 1             :   Baik pemirsa. Kami sekarang berada di sebuah situs peninggalan jaman manusia Homo Aroktus yang terkenal dengan genarasi Ken Arok. Di sini ditemukan reruntuhan candi pada kedalaman tanah sekitar 8 meter di bawah permukaan tanah. Yang unik adalah di tempat ini juga ditemukan sebuah pistol jenis revolver yang untuk sementara dinyatakan mirip dengan pistol yang dipakai Lucky Luke.

Wanita di café  mendekai area reporter.

Wanita di Cafe       :   apa tadi? Aku belum dengar.

Reporter 1             :   pemirsa kami ulangi. Kami sekarang berada di sebuah situs peninggalan jaman manusia Homo Aroktus yang terkenal dengan genarasi Ken Arok. Di sini ditemukan reruntuhan candi pada kedalaman tanah sekitar 8 meter di bawah permukaan tanah. Yang unik adalah di tempat ini juga ditemukan sebuah pistol revolver yang untuk sementara dinyatakan mirip dengan pistol yang dipake Lucky Luke.

Wanita di Cafe       :   (terkejut)

Ken…

 

LAMPU BERUBAH

DUA

Musik menanjak sekelompok gadis desa masuk dengan tarian enerjiknya. Suasana menggambarkan keceriaan gadis-gadis desa mandi dan mencuci di tepi sungai di pagi hari.

Lagu                     :   pagi yang indah di tumapel

angin sejuk putri ceria

bersenda ria menyambut hari

memanggil rindu yang tak sepi

gemericik seorang putri

angan yang merdu bagi cinta

Sungai yang ramah oh, beningmu

berikanlah merdu kisahmu

 

 

Sebuah Sungai di desa Wonopati, kabupaten Tumapel. Perempuan-perempuan mandi dan mencuci pakaian. Pagi buta itu adalah kegiatan mereka ngerumpi.

Seiring lampu Fade in, terdengar tawa renyah mereka.

Ken Memey          :   (menepuk pantat) Nih… panjat Jelo!

Ken Siti                :   Alah. Ken memey ini, segitu aja bangga. Nih… Mungil, lincah dan seksi (menggerai rambut, lalu berpose) Paris Hilten, sang penggoda.

Ken Taki               :   (datang) Spada… enibadi Hom…?

Ken Siti segera mencipratkan air ke arah Ken Taki yang baru datang.

Ken Taki               :   Ini apa-apaan ini, ada yang jelo ada yang Paris Hilten. Wong saya yang mirip Karmen Elektra aja nggak somby kok.

Ken Memey          :   Heh,,, body kaya gitu Karmen Elektra? Bolam Elektra tahu nggak sih?

Semua tertawa…

Ken Royah            :   Eh. Mbak Ken Memey, gimana jadi nggak nikah sama pak Lurah.. udah 2 tahun janda lho kok tenang—tenang saja.

Ken Memey          :   Hus! Sapa yang tenang Roy, tiap malem aku tuh menggelinjang sendiri. Nggak ada yang mau nangkep…

Ken Taki               :   Alah.. pas kapan itu saya liat Pak Lurah baru mengendap-endap kaya mengetuk jendela Mbak Ken Memey. Kaya Agen CIA aja, nggak tahunya agen tabloid porno.

Ken Memey          :   Heyy..heyy.. heyy.. are you speaking? Please deh.. yang agen-agenan gitu jangan di sebut. Itu karena pak Lurah perhatian sama rakyat. Jangan sampe aku yang janda semok ini digosipkan yang enggak-enggak. Aksi intip pak Lurah itu, Cuma buat mastiin, kalo Ik baik-baik aja dan terselimuti dengan hangat. just that. Itu aja… jangan dibesar-besarin dong.

Ken Taki               :   Emang punya pak Lurah udah besar, nggak boleh dibesarin lagi…

Semua tertawa ngikik…

Ken Siti                :   sebenarnya gimana sih hubungan mbak Ken Memey sama Pak Lurah baru?

Ken Memey          :   Hubungan kami? Ouugghh.. ya jelas hot berguling-guling. Dia kwalahan terus terima seranganku.. (terdiam) maksudmu hubungan…

Ken Siti                :   maksud saya, serius pacaran apa cuma TTM aja?

Ken Memey          :   Duuhh.. gimana ya? Dia tuh oke, tapi…

Eh.. udah pada lihat si sales kuda itu belum?

Ken Royah            :   Sales Kuda?

Ken Memey          :   Sales Kuda. Itu tuh yang sekarang nginep di rumah Pak Lohgawe. Dia itu penjual Kuda. Sekarang dia jadi menejer pemasaran kuda di daerah Tumapel. Ngekos di rumah pak Lohgawe.

Ken Taki               :   Oo.. si rambut pirang itu

Ken Memey          :   Iya.. wuiihh cuakep banget. Perut nya six pack lho. Rambutnya pirang, bule Amrik, keren Boo…

 

Ken Dedes Muda datang…

Ken Siti                :   Nah.. ini nih yang cocok ama Kang sales Kuda. Siapa namanya ?

Ken Taki               :   Ken Arok.

Ken Royah            :   Dedes-Arok, cocok ya..

Ken Taki               :   Wow… se level ama Rama-Sinta tapi ada yang lebih cocok lagi

Ken memey          :   siapa?

Ken taki                :   Taki-Arok

Semua sigap menimpuki taki dengan baju-baju basah…

Ken Memey          :   siapa tadi yang bilang Dedes cocok ma Arok? Alasannya apa?

Ken Siti                :   Lho. Ya jelas yang cowok ganteng, yang cewek cantik.

Ken Memey          :   denger ya! Belum ada undang-undang yang menyatakan cowok paling ganteng harus jodoh sama cewek paling cantik. And…Belum ada survey yang valid soal siapa yang paling cantik di Tumapel. You jangan menghembuskan gossip sembarang gossip okeyyy…?!!

Ken memey memandang Ken Dedes dengan sinis, Ken Dedes Cuma senyum dan melanjutkan kegiatan.

LAMPU BERUBAH

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

PANGGIL AKU AZIZA

M. Ahmad Jalidu

 

PANGGIL AKU AZISA

Sebuah sandiwara

 

https://i0.wp.com/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs042.snc4/34441_400982033181_644383181_4418850_3559326_n.jpgOpening : DALANG DENGAN NYANYIAN PEMBUKA : MUSIK MENGALUN.DI LAYAR ADA SILHOUETE BAYANGAN ATAU PANGGUNG MENUNJUKKAN POTONGAN-POTONGAN ADEGAN SUPER PENDEK.

 

Babak 1

PERPUSTAKAAN KAMPUS Jali di Jogja.Jali nampak membawa setumpuk buku ke meja, duduk lalu membaca-baca satu persatu.  Lalu Anik masuk dan sedikit terkejut tapi seneng.

Jali              : Heh, Anik

Anik            : (menoleh dan terkaget dengan riang) Hai.., apa kabar? Tumben, baru jam sembilan mas, kok udah bangun, dah sampe perpus segala, tapi kayaknya belum mandi deh.

Jali              : (Tersenyum) Kamu cari apa?

Anik            : Biasa, bahan skripsi dong….. suruh ganti judul terus..

Jali              : (tersenyum, Anik duduk di depan Jali. Matanya memandang sesekali tersenyum menggoda)

Anik            : Kok baca di sini, bisanya bawa pulang? Nanti  di susul Sasa lagi, lho.

Jali              : Yah..Kalopun dia nyusul, paling nggak aku udah mbaca meskipun baru satu halaman. Kalo di bawa pulang malah nggak sempet baca sama sekali, sekarang jam sembilan to? Pasti dia udah di kosku.

Anik            : Eh, gimana kuliah kamu, kok kayaknya nyantai banget sih?……

(diam lama, Jali cuma tersenyum. Anik memandangi wajah Jali. tersenyum lalu…)

Anik            : Eh.. Nggak kerasa ya. kayanya udah lamaaa benget kamu nggak ke kosku. Udah lamaaa banget nggak….. (Anik tak meneruskan kalimat nya, tapi mereka saling berpandangan, sambil menyimpan senyum masing-masing.)

 

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

KUDeTA

Oleh:

JONED SURYATMOKO

 

https://i0.wp.com/sphotos.ak.fbcdn.net/photos-ak-ash1/v358/194/20/662052701/n662052701_937527_7342.jpgPEMAIN

LINDA, siswi kelas II,

HELEN, siswi kelas II,

BUNGA, siswi kelas II,

RATNA, siswi kelas II,

NUNGKI, siswi kelas III, mantan Jagoan

MEYMEY, siswi kelas III, mantan Jagoan

KANDI, siswi kelas III, mantan Jagoan

BRIAN, siswa kelas III, idola kelas II dan III,

PAK ISWADI, guru pendamping OSIS, masih agak muda

KEPALA SEKOLAH, galak, hampir pensiun

IBU, ibu LINDA

Untuk adegan hiruk-pikuk bisa ditambahkan lebih banyak figuran, para siwa dan siswi yang lain

WAKTU

Sekarang

TEMPAT

SMA di Indonesia, halaman sekolah,

Kamar LINDA, Dalam hati LINDA

(selera lokal disesuaikan)

 

OPENING

Panggung dibiarkan lengang beberapa saat. Hanya ada beberapa kursi. IBU berdiri dengan tegak di ujung kanan panggung! Memandang ke arah entah!! Ingin berkata sesuatu dan selalu ingin berkata sesuatu. Lampu boleh terang boleh temaram. Tidak ada suara apapun! Pelan-pelan selembar demi selembar kertas putih jatuh dari langit-langit panggung. Selembar demi selembar! Penonton dibiarkan menikmati jatuhnya kertas-kertas tersebut dalam diam! Setelah beberapa saat.

OS. LINDA            : (seperti bicara pada dirinya sendiri) Setiap kali aku menikmati liburan panjang dan bermalas-malasan, Ibu selalu mengingatkan aku. Dengan sedikit omelan tentu saja!

IBU                      : (tiba-tiba, melengking dari ujung kanan panggung) Beras sekarang mahal! Minyak semakin mahal. Sekolah juga mahal! Tidak ada yang murah sekarang! Jadi…kamu harus belajar dengan benar!!

OS. LINDA         : Katanya, aku harus bersyukur karena masih bisa sekolah. Banyak orang yang ingin sekolah tapi tak bisa sekolah, sementara aku, kata ibu, menyia-nyiakan sekolah.

IBU                   : (tiba-tiba lagi, melengking dari ujung kanan panggung) Masa..sama anak sendiri ibu tega? Ibu tidak menyalahkanmu. Ibu tidak memaksamu! Kamu bebas berkegiatan apa saja! Tapi jangan lupa belajar!!!

 

 

Ketika IBU bicara, LINDA muncul dengan seragam sekolah dan tas, membawa buku hariannya, berjalan perlahan ke arah salah satu kursi. Kemudian duduk. Ia membuka bukunya, dan meneruskan menulis.

OS. LINDA            : Ibu tidak tahu, bahwa liburan kali ini aku benar-benar menginginkan masuk sekolah kembali. Bukan karena aku ingin belajar lagi, tapi karena akan ada sesuatu yang berbeda.

IBU                      : (melengking lagi) Asal kamu tahu, Ibu percaya padamu!!!!

OS LINDA             : Selama liburan aku membaca sejarah ini. Lebih dari sepuluh kali kudeta terjadi di Paraguay. Banyak pemimpin di Negara Amerika Selatan ini yang digulingkan dan digantikan dengan paksa. Tahun 1904 Juan Gaona melakukan kudeta dan menjadi presiden. Tahun 1905 Dr. Cecilio Baez melakukan kudeta. Emiliano Gonzales melakukan kudeta tahun 1908  dan Liberato Marcial Rojas melakukan kudeta tahun 1911. Sementara pada tahun 1912 kudeta dilakukan Dr. Pedro Pena. Kemudian, seperti kebiasaan kudeta berikutnya berkali-kali terjadi. Tahun 1921 Dr. Manuel Gondra dipaksa mengundurkan diri.

IBU                      : (tiba-tiba lagi) Jangan nakal! Jangan nakal!!

OS. LINDA            : Pada tahun 1936 Kolonel Rafael Franco juga melakukan kudeta. Tahun 1937 Dr. Felix Paiva kudeta. Jendral Higinio Morinigo kudeta tahun 1940. Tahun 1948 Dr. Juan Natalico Gonzales dikudeta dan……

IBU                      : (tiba-tiba lagi) Jangan nakal! Jangan nakal!!Jangan!!

OS LINDA             : tahun 1989 Jendral Adres Rodriguez melakukan kudeta.

IBU                      : (lebih pelan, hampir putus asa!!) Jangan!!

 

PAUSE!

IBU terdiam tertahan!! Mendesis-desis entah apa yang diucapkannya. Seperti ingin melarang seseorang. LINDA berhenti menulis dan melihat kertas-kertas yang masih jatuh. Tidak sesuatupun terjadi. Ia lalu menulis kembali.

OS. LINDA            : Tahun ini aku sudah naik kelas II. Aku merasa sudah waktunya melakukan kudeta. Menggulingkan kekuasaan murid kelas III. Akan ada yang membuktikan siapa yang akan menjadi siswi jagoan di sekolah ini. Mereka harus turun!! Kelas III harus segera turun!!! Segera!!

IBU                   : Jangan nakal!!!!!!!!! Sudah Ibu bilang, Jangan nakal!!!

 

Lalu IBU berlari EXIT dengan cepat sambil terus berteriak!! Seperti tak ingin terlambat! LINDA melihat lembaran kertas terakhir jatuh.

Musik sepotong, tapi menyentak!!

Panggung menjadi terang!!

BAGIAN I

Halaman sekolah

1.

Sebelum kertas menyentuh lantai, muncul HELEN, BUNGA dan RATNA dengan teriakan-teriakan kegirangan. Suasana menjadi gaduh.

HELEN                  : (pamer pada LINDA) AKu tahu aku harus minta maaf! Karena aku tidak membawa oleh-oleh. Tapi asal kalian tahu, aku melewatkan liburan terindah kali ini! Tidak terceritakan, tidak terkatakan!

LINDA                   : Sayangnya, juga tidak ingin ditanyakan!

BUNGA                 : Memang kamu liburan dimana? Paling ke rumah nenek!

 

Disambut ketawa yang lainnya.

LINDA : Ini liburan! Kita bebas kemana saja kan!

BUNGA                 : Iya, nih! Susah kalau liburan! Kerjaanya makan terus! Kita jadi gendut semua nih! Lihat!

 

BUNGA menunjukkan badannya

RATNA                 : Itu sih memang sudah gendut sebelum liburan!

 

Yang lain ketawa. BUNGA juga. Lalu masing-masing saling memeriksa satu yang lainnya. Kulit mereka, pipi mereka, pinggul, kaki..sampai…

LINDA                : (pada BUNGA) Wah,..kamu pakai tas baru ya!! He.. he… he… kaya anak SD saja, naik kelas pakai tas baru!!

BUNGA              : Ih..ini hadiah!! Aku tidak minta dibelikan kok …!!!

HELEN               : Tapi minta hadiah!!! Sama saja!!!

LINDA                : kalian merasa berbeda?

HELEN               : maksudnya?

BUNGA              : ya, tentu saja!

LINDA                : Aku merasa lebih.hm……apa ya…!

RATNA              : Aku tidak merasa apa-apa!

LINDA                : Kita sudah kelas II!

BUNGA              : Lantas?

HELEN               : aku tahu! Aku tahu! Kita jadi terasa lebih tua!

RATNA              : memang kita tambah umur kan?

LINDA                : Bukan itu! Kita merasa lebih tua karena di sekolah ini kita sekarang punya….

HELEN               : adik kelas!

 

RATNA dan BUNGA menutup mulutnya!

RATNA              : Benar juga!

BUNGA              : Kita sekarang bukan yang paling bontot di sekolah ini.

LINDA                : sekarang kita punya adik kelas. Kalian perhatiakan murid kelas I. Tahun lalu kita seperti itu! Dan, kalau kalian ingat….pengalamana buruk!

BUNGA              : Ehm..aku tidak akan melupakan perlakukan kakak kelas  tahun lalu!

Yang lain tertawa. Suasana ribut kembali!!

2.

Lalu tanpa mereka sadari muncul siswi-siswi kelas III. Mereka adalah NUNGKI, MEYMEY dan KANDIi. Masing-masing langsung diam.

NUNGKI                : (menyindir LINDA) Wah, kayaknya ada yang tidak jadi dikeluarkan dari sekolah nih!

KANDI                  : Iya…atau jangan-jangan ibunya merengek-rengek ke Kepala Sekolah supaya dia tidak dikeluarkan….

 

NUNGKI, KANDI dan MEYMEY terbahak.

LINDA                   : Heh! Aku tidak mungkin dikeluarkan dari sekolah hanya karena pernah menjambak rambutmu dan memasukkanmu ke dalam bak mandi!!

 

Teman-teman LINDA tertawa. Juga LINDA. Wajah NUNGKI jadi semakin marah!

MEYMEY               : Memang sih! Tapi emang enak jadi junior, jadi pecundang? Heh? Sudah menjadi peraturan tidak tertulis, kalian para adik kelas harus tunduk pada kakak kelas! Tidak ada tawar menawar. Kalian harus cium tangan pada kakak kelas. Ayo…..

 

MEYMEY mengulurkan punggung telapak tangannya seperti mempersilahkan mencium tangan. LINDA dan kawan-kawan  tampak geram.

HELEN               : Kalian memang kelewatan!! Kalian sudah tua! Sudah bau tanah!! Sebentar lagi juga keluar dari sekolah ini.

 

Teman-teman HELEN menyoraki!!!

KANDI               : Sebentar lagi? Tidak salah tuh? Kami masih setahun di sini! Itu artinya, kami masih punya setahun untuk menindas kalian!! Tahu?

BUNGA              : Ya..! tapi kalian harus menghadapi jam tambahan setiap hari. Kalian harus menghadapi ujian akhir!!

NUNGKI             : Jangan salah! Kami masih cukup pintar untuk menghadapi ujian dan tetap menjadi jagoan!! Kalian? Hm…sepertinya masih harus banyak belajar?

BUNGA              : Mungkin! Tapi bagaimana dengan ….?

NUNGKI             : Pacar? Hm….murid-murid kelas III terlalu malas buat pacaran dengan adik kelas! Kalian kan manja! Anak kecil! Kolokan! Mereka lebih senang pacaran dengan kami!!

 

Pada saat berbicara seperti itu NUNGKI sudah yakin benar pada omongannya. Lalu BRIAN, idola anak-anak kelas III dan II muncul dengan langkahnya yang mantap. Ia menghampiri NUNGKI ingin mengucapkan sesuatu. Tapi NUNGKI menempelkan jari temunjukkanya di bibir BRIAN. Meminta pacaranya itu menahan pembicaraan.

BRIAN               : Hm…….

NUNGKI             : Brian, nanti saja ya!! Aku baru sibuk mengajari adik-adik kelas ini sopan-santun dan kepribadian. Nanti aku temui kamu! Ya?

 

BRIAN semula agak ragu-ragu, namun kemudian dia meninggalkan NUNGKI. BRIAN masih sempat melirik murid-murid kelas II, seperti ingin mengucapkan sesuatau tapi tak jadi. BRIAN lalu EXIT.

LINDA dan teman-temannya nampak geram dengan kecentilan musuhnya itu. Teman-teman NUNGKI nampak puas.

MEYMEY            : Bagaimana? Kalian masih belum percaya kalau murid kelas III lebih suka pada kami?

RATNA              : Tunggu saja saatnya!! Tapi bagaimanapun kalian sudah kelas III. Sudah saatnya kalian………….

 

Belum selesai RATNA mengucapkan kalimatnya, muncul KEPALA SEKOLAH  yang berdiri dengan garang membawa pengeras suara! Pak ISWADI berdiri sampingnya seperti ajudan.

KEP. SEK           : PERHATIANNNNN!!! Perhatian semuanya!!  Sebagai Kepala Sekolah saya mengingatkan pada kalian semua, khususnya murid-murid kelas III. Kalian semua harus belajar lebih giat lagi, karena pada tahun ajaran ini kalian harus menghadapi ujian akhir. Persiapkan dengan sungguh-sungguh, supaya kelak kalian bisa diterima di perguruan tinggi yang bergengsi!! Saya sebagai Kepala Sekolah, sekali lagi mengingatkan: UJIAN!!!!!!!!!

 

MUSIK  menghentak.

Murid-murid kelas III yakni NUNGKI, MEYMEY dan KANDI langsung panik. Mereka berlarian. KEPALA SEKOLAH masih juga mengulangi kata-kata ujian.

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

JALUR 17

Karya Joned Suryatmoko

(Teater Gardanalla)

 

https://i0.wp.com/sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc4/hs013.snc4/34021_403104722701_662052701_4361930_2269398_n.jpgOPENING

 

PENONTON SUDAH MASUK KE DALAM BIS. HANYA PENYO YANG BERADA DI DEKAT BIS SAMBIL BERTERIAK-TERIAK MENAWARI ORANG YANG LALU LALANG UNTUK NAIK BIS. SUTRADARA SUDAH DI BIS SEDANG MEMBERI PENGANTAR TENTANG PEMENTASAN. RINI DAN RIO BERDIRI AGAK JAUHAN DARI BIS DAN MASIH BERBICARA. SESEKALI RINI BERLARI HENDAK MENGHAMPIRI BIS TAPI DITAHAN OLEH RIO. PENYO YANG MELIHAT ITU SEGERA MENERIAKI RINI AGAR NAIK (KARENA JATAH BIS BERHENTI SUDAH HABIS).

 

SUTRADARA SELESAI MEMBERI PENGANTAR. PENYO SEMAKIN KERAS BERTERIAK DAN MENDEKATI BIS SIAP UNTUK NAIK. RINI DARI KEJAUHAN SEGERA BERLARI MENGHAMPIRI BIS DAN NAIK, RIO YANG MASIH MEMAKAI HELM SEGERA MENYUSUL NAIK. BIS SUDAH HAMPIR BERJALAN, TAPI SAAT MEREKA HAMPIR DUDUK:

 

….

 

RIO

Motorku?

 

RINI

Terserah kamu. Ah, aku udah telat!

 

(Rini masih berdiri di x2 (dekat x3), hendak duduk. Rio masih melihatnya di tangga (x1), melihat motornya yang tidak kelihatan karena parkir di tempat lain)

 

Buruan! Lama ah….

 

(Rio masih berpikir)

 

Nanti motormu kan bisa kamu ambil…

 

RIO AKHIRNYA NAIK, MASIH DENGAN HELM DI KEPALA. KEPALANYA MELONGOK-LONGOK. BIS SUDAH BERJALAN PELAN-PELAN. PENYO SEGERA MENYUSUL NAIK, MEMUKUL-MUKUL DINDING BIS DENGAN TELAPAK TANGANNYA SAMBIL TERUS BERTERIAK-TERIAK. IA MELIHAT KE DALAM. MELIHAT RIO DAN RINI YANG MASIH NGOS-NGOSAN.

 

PENYO (Pada Rio)

Numpak Bisk ok nganggo helm, mas?

 

RIO MASIH BELUM MENGERTI. RINI MEMUKUL KEPALA RIO YANG MASIH BERHELM DENGAN TELAPAK TANGANNYA SAMBIL TERTAWA. RIO AGAK TERKEJUT, SEGERA SADAR, MELEPAS HELMNYA SAMBIL CENGENGESAN. PENYO MASIH BERTERIAK-TERIAK KALAU-KALAU ADA YANG MAU NAIK BISNYA LAGI.

 

MUSIK PEMBUKA.

SELAMA MUSIK PEMBUKA RINI DAN RIO SESEKALI BICARA SEDIKIT, LALU TERDIAM, SESEKALI MEREKA MELIHAT PENYO YANG BERTERIAK-TERIAK.

 

BAGIAN 1

 

PERKENALAN MEREKA

 

RINI, RIO DAN PENYO TERTAWA BERSAMAAN DI AKHIR MUSIK.

 

RINI

Apa artinya?

 

PENYO

Eko!

 

RINI

Eko kok dipanggil Penyo?

 

RIO

Walikan!!!

 

PENYO

Ya…

 

RIO

Ada kaya rumusnya. Eko jadi Penyo!!!

 

PENYO

Namamu boleh juga

 

RINI (memperkenalkan diri)

Rini

 

RIO

Bukan! Maksudnya namamu bisa juga dijadikan Walikan! Ia nggak Tanya namamu!

 

RINI MALU, PENYO TERTAWA

 

PENYO

Ini adikmu?

 

RINI

Adik angkat!!!

 

RIO MENCOLEK DAGU KAKAKNYA

 

PENYO

Adik angkat?

 

RINI

Kalau selama 17 tahun Cuma bias bikin perkara ya aku anggap adik angkat. Hehehehee….

 

RIO

Siapa yang bikin perkara?

 

PENYO

Namamu?

 

RINI (Menyahut cepat)

Emping!

 

PENYO (Tertawa)

Pantes, kamu memang kayak emping.

 

RIO (Membetulkan namanya)

Rio

 

RINI

Nggak usah dikoreksi! Dia cukup puas tahu namanya emping!

 

(Penyo Ketawa)

 

Waktu lahir, di rumah sakit dia sempat mau ketukar sama bayi Cina, anak pedagang emping kata Mama.

 

(Rio Tak Berdaya, Hanya Cengengesan)

 

Itu sebabnya dia dipanggil emping. Nah, waktu gede ternyata emang kayak emping. Terlalu banyak alas an untuk tetap memanggilnya emping!

 

(Mereka Tertawa, Kecuali Rio Yang Hanya Cengengesan)

 

PENYO

Tapi kalian kok gak mirip?

 

RINI

Aku mirip mama, dia mirip papa.

 

PENYO

Berarti papamu kayak emping juga dong…?

 

MEREKA TERTAWA, TERMASUK RIO. PENYO KEMBALI MENGELUARKAN KEPALA DARI PINTU BIS DAN BERTERIAK-TERIAK.

 

MUSIK SESAAT…PENYO BERJALAN DI GANG, MENAGIH ONGKOS…LALU DIAM DI PINTU BELAKANG SAMBIL SESEKALI BERTERIAK….

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

Ayahku Stroke Tapi Nggak Mati

 

https://i0.wp.com/media.tumblr.com/tumblr_l7zx2fIans1qcgkpy.jpg(Suatu Hari di Bulan Januari)

Diinspirasi dari kisah Tawar Menawar dengan Tuhan

(Kelly Donald – TEEN INK)

Karya Joned Suryatmoko

 

DRAMATIC PERSONAE

 

 

AYAH

MAMA

BRAM

EMA

 

OPENING

 

RUMAH, DI DAPUR YANG MENYATU DENGAN RUANG MAKAN. PAGI HARI, MASIH SEPI. PEMAIN DIAM DI TEMPATNYA MASING-MASING. MAMA BERDIRI DI DEKAT PENGGORENGAN, AYAH DUDUK DIKURSI MAKAN NYRUPUT KOPI, BRAM BERDIRI DI DEKATNYA SEPERTI MAU MENGUCAPKAN SESUATU. EMA BERDIRI AGAK TERPISAH MENJADI NARATOR. SELAMA EMA BERCERITA TERDENGAR SUARA DETAK JAM.

 

EMA

Kalau aku memikirkan keluargaku, aku menganggapnya normal. Kedua orang tua bekerja, meski aku memanggil ibuku dengan sebutan mama dan memanggil bapakku dengan ayah. Tapi selebihnya memang benar-benar wajar. Keluarga dengan satu putri, satu putra, warna pagar rumah yang putih, dapur yang berdekatan dengan ruang makan selayaknya rumah keluarga lain. Kehidupan kami stabil dan mantap, sampai suatu hari di bulan Januari….

 

SUARA DETAK JAM BERGANTI DERING JAM WEKER.

SELURUH AKTIFITAS PAGI MULAI. SEMUA TERTAWA RIANG. SUARA PENGGORENGAN DI WAJAN MAMA LANGSUNG MENYAHUT SRENG…DARI KAMAR BRAM TERDENGAR LAGU POP BERISIK. EMA MUNDUR MENGHAMPIRI BRAM DAN AYAH.

 

BRAM (Sambil menarik kursi untuk duduk)

Tapi bagaimana mungkin ayah support MU kalau sebelum siaran langsung itu ayah sudah masuk kamar dan tidur.

 

EMA

Malah bagus itu! Ayah tidak ikut-ikutan berisik seperti kamu kalau nonton bola.

 

(mengejek Bram)

 

Gol….Gooollll.

 

BRAM

Cewek mana suka sama bola. Kamu yang berisik.

 

EMA

Eee…. Siaran langsung bola itu  bikin hidup terbalik. Jam tidur dinihari dipakai melek, nonton bola. Makanya bangun siang.

 

BRAM

Siaran kemarin juga nggak dini hari kok. Aku bangun pagi.

 

EMA

Eee… dibangunin sama mama

 

(Pada Ibu)

 

iya kan Ma?

 

MAMA (mengeringkan telur dadar dari penggorengan)

Bawa ke sama, Ema. Bram, kecilkan suara tape mu.

 

BRAM TIDAK BERANJAK DARI DUDUKNYA

 

EMA (Sambil menghampiri ibunya)

Kebo apa orang!? Kalau nggak kuliah, bangun siang. Sana tuh, kecilin suara tape tuh. Tape sama yang punya sama-sama berisik.

 

MAMA (Sambil terus memasak, membuka kulkas, suaranya memerintah lebih keras)

Bram, kecilkan suara tape mu.

 

BRAM BERANJAK DARI DUDUKNYA

 

AYAH (Kepada Bram yang sedang berjalan ke kamarnya)

Justru karena ayah yakin MU bakal menang, makanya ayah tinggal tidur.

 

(Lalu ia tertawa bersama Bram yang barusan keluar dari kamar)

 

BRAM DAN EMA YANG DATANG MEMBAWA TELUR DADAR IKUT-IKUTAN KETAWA. DILUAR TERDENGAR LOPER KORAN. BRAM LARI MENGAMBIL KORAN, MASUK LAGI DENGAN KORAN BARU YANG SUDAH DIBUKANYA.

 

BRAM

Lihat nih.

 

(menunjukkan Koran itu pada ayahnya lantas memberikan padanya)

 

AYAH

Benarkan seperti ramalan ayah

 

BRAM

Ramalan itu diomongin sebelum peristiwanya terjadi

 

EMA

Bukan setelah dimuat Koran, baru bilang…..tuh benar kan.

 

(menertawakan ayahnya. Semua tertawa)

AYAH MULAI MENGAMBIL MAKANAN DI MEJA MAKAN UNTUK SARAPAN.

 

AYAH

Ayah tahu Scholes punya banyak kromosom Y. orang yang punya kromosom seperti itu kalau zodiaknya Sagitarius akan mengalami saat-saat emas karena energinya bertemu di 53 derajat lintang utara, di mana pertandingan Birmingham dan MU dilakukan kemarin itu. Kemarin Ayah bilang sama Mamamu. Benar kan Ma?

 

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

SANDAL JEPIT

Karya  Herlina Syarifudin

 

https://i0.wp.com/photos-p.friendster.com/photos/41/32/15102314/17962297744371l.jpgPara pelakon

  1. JOKO
  2. PEGGY
  3. LALA
  4. ‘MASKOT’  (tak berwujud, hanya suara saja)
  5. EMAK JOKO
  6. PARA PENARI/PROPERTY MAN/HEWAN PELIHARAAN

 

PEMBUKA

(TAMPAK PARA PENARI DENGAN HAND PROP SENDAL JEPIT DI TANGAN DAN KAKI BERGERAK, MEMBENTUK KOREOGRAFI GERAK YANG HARMONIS, DIIRINGI ALUNAN MUSIK GAMELAN – ATAU ALAT MUSIK TRADISIONAL LAIN MENYESUAIKAN DAERAH MASING-MASING, DIPADU ALAT MUSIK MODERN; PIANO, GITAR DAN  DRUM. PADA MENIT TERTENTU PARA PENARI BERGULINGAN LALU MEMBENTUK FORMASI PROPERTY PANGGUNG; ADA YANG MENJADI MEJA, KURSI, RAK SENDAL/SEPATU, DAN GANTUNGAN BAJU – FREEZE, LAMPU BLACK OUT; PROP RAK SEPATU DIISI DENGAN SEPATU DAN SENDAL, MEJA DITARUH PESAWAT TELPON – LAMPU FADE IN)

 

ADEGAN 1

 

(PAGI, RUANG TENGAH RUMAH JOKO )

(DARI BALIK WING TIBA-TIBA BEBERAPA SENDAL DAN SEPATU DILEMPAR TAK BERATURAN KE DALAM PANGGUNG, DIIRINGI FADE IN OMELAN JOKO)

 

JOKO

Ugh, ditaruh dimana sih sepatuku. (Joko Menuju Rak Sepatu) Walah, kenapa cuma satu. (Hp Joko Berbunyi) Aduh, nenek trembel pasti mau berkicau lagi nih. Males ah. (Hp Dibiarkan Terus Berbunyi, Selang Beberapa Detik Kemudian, Telpon Rumah Berdering) Ugh, gigih juga dia. Tak ada akar, rotanpun jadi. Bodo ah. (Teriak) Maakkk ! Joko berangkat dulu. (Joko Mengambil Sendal Jepit Seadanya, Lantas Pergi)

 

EMAK

Hati-hati, Nak. Itu angkat dulu sebentar telponnya. Emak lagi menggoreng tempe, nanti gosong. (Tidak Ada Sahutan, Telpon Rumah Tetap Berdering.)

 

’MASKOT’

Aduh, ini apaan sih. Pagi-pagi sudah berisik. Diam kamu telpon! Kalau tidak, aku banting nanti.

(Telpon Lalu Berhenti Berdering)

 

’MASKOT’

Nah, gitu. Kan tenang.

(Lampu Berubah, Diiringi Property Man Bergulingan Berubah Menjadi Pohon Dan Kursi Taman, Lampu General Suasana Taman Pagi Hari)

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif

TAPLAK MEJA

Karya Herlina Syarifudin

 

https://sastradrama.files.wordpress.com/2010/10/me.jpg?w=163PARA PELAKU

  1. PAKDE KEMPUL
  2. BUDE KIRANTI
  3. KEMPRUT
  4. WIRID
  5. GENTING
  6. JANTHIL
  7. SOWER
  8. PENGHULU
  9. ORANG TUA GENTING
  10. ORANG TUA KEMPRUT
  11. IBUNYA JANTHIL
  12. MAMANYA WIRID
  13. BEBERAPA FIGURAN UNTUK PERAN PARA UNDANGAN

 

PEMBUKA

Para aktor dengan kostum motif taplak meja dan hand prop taplak meja warna-warni dengan berbagai motif, membentuk koreografi gerak. Diiringi alunan musik dari bunyi-bunyian yang diambil dari perangkat sederhana. Misal perangkat rumah tangga, perangkat bengkel, dll. Tarian usai, mereka semua tertidur.

LAMPU BERUBAH

ADEGAN 1

Ruang kamar bersama di sebuah rumah singgah penampungan

anak-anak broken home, pagi hari.

PAKDE KEMPUL    : Woi…woi…bangun..bangun…!! Hobi kok begadang. Lupa ya? Hari ini hari apa?

ANAK-ANAK          : (nada malas, kompak) Mingguuuuu….

WIRID                       : Iya Pakde. Insya Allah hari Minggu.

PAKDE KEMPUL    : We’ik. Weleh, weleh. Kalian ini, setiap ditanya hari ini hari apa, jawabnya selalu hari Minggu lagi, hari Minggu lagi.

SOWER                     : Lha iya toh, Pakde. Bagi kita, semua hari itu serasa lebih indah jika dibilang hari Minggu. Karena biar setiap hari bisa libur, bisa santai, bisa begadang, terus bisa bangun molooooorrrrr…

PAKDE KEMPUL    : (sewot manja) Lha iya toh, Wer. Biar bibirmu semakin ndoweeeerrr. Karena tiap hari ngileeerrr melulu, bikin pulau abstrak di sarung bantal buluk tercintamu itu. Sana, mumpung matahari sedang tersenyum manis, cepat dijemur bantal kamu itu.

SOWER                     : Sebentar, Pakde. Boleh tidak aku minta waktu 10 menit saja ?

PAKDE KEMPUL    :  Mau apa? Pasti mau nambah waktu ngorok 10 menit lagi. Iya kan? Untuk kali ini, permintaanmu tidak Pakde penuhi. Maaf ya, Wer.

SOWER                     : (menggerutu) Yach, Pakde. Ya sudah kalau begitu. Nanti malam aku mau balas dendam, tidur duluan.

PAKDE KEMPUL    : (senyum) Nah, begitu. Tidak baik anak muda kebanyakan tidur. Bakal banyak kehilangan peluang. Kata Mbah Buyutku dulu, kalau kita bangun keduluan ayam berkokok, rejeki kita bakal jauh.

KEMPRUT                : Tapi tidak ada hubungannya dengan kalau kebanyakan kentut kan, Pakde?

JANTHIL                   : Yee…takut ya…mentang-mentang itu angin cueknya tidak bisa direm.

GENTING                 : Eh, tapi bisa jadi lho. Sekali kentut, akan mengurangi suhu badan sekitar 0,5 derajat celcius. Itu berarti, badan kita terasa lemas dalam waktu kurang lebih sekitar 1 menit.

WIRID                       : Ting, Ting. Bikin teori ngawur kok ya kebangeten. Kalau sampai teori ngawurmu itu didengar Engkong Einstein, bisa dirujak kamu.

PAKDE KEMPUL    : Rujak? Ouw, dari pagi tadi Pakde sudah ngidam rujaknya Mbok Cingur pojok. Sepertinya tamu kita dijamu rujak tolet dan rujak cingur saja. Pasti ketagihan.

GENTING                 : Memang ada tamu siapa sih, Pakde? Sepertinya Pakde sumringah sekali. Pasti pacar baru ya?

PAKDE KEMPUL    : Pacar? Pakde belum sempat berpikir untuk pacaran lagi. Takut nanti trauma lagi.

WIRID                       : Subhanallah, Pakde. Tidak baik trauma berkepanjangan. Apa Pakde

tidak ingin hidup bahagia? Punya anak, punya keluarga sakinah mawadah warohmah?

PAKDE KEMPUL    : Wirid, sebenarnya kamu itu ngomong buat Pakde apa buat dirimu sendiri? Apa kamu sendiri tidak rindu sama keluargamu?

WIRID                       : (sedih) Astaghfirullah, Pakde. Kumohon, jangan ungkit-ungkit lagi masalah itu. Kepalaku jadi pening. Kita kan sedang membicarakan Pakde. Kenapa jadi berbelok arah?

PAKDE KEMPUL    : Ok, maaf. Akan tiba masanya, kalian semua pasti akan merasakan rindu pulang, kangen keluarga. Balik lagi ke masalah Pakde, secara hati kecil, keinginan itu pasti ada. Tapi belum untuk saat ini. Karena Pakde sudah cukup merasa bahagia memiliki kalian semua. Kalian inilah keluarga Pakde.

JANTHIL                   : Tapi kita semua kan bandel-bandel, Pakde. Apa Pakde tidak bosan menghadapi keonaran kita?

KEMPRUT                : Eh, enak saja kamu bilang, Thil. Kamu itu yang suka bikin onar. Kalau aku kan onarnya alami. Dalam sehari, tidak mungkin kalian tidak kentut. Coba, kalau kalian tiba-tiba susah kentut? Pasti masalahnya makin runyam. Kemarin aku baca di surat kabar, gara-gara tidak bisa kentut dalam seminggu, akhirnya dirawat di rumah sakit. Makanya, kentut itu anugerah. Jadi wajib dipelihara baik-baik.

ANAK-ANAK          : Prrreeeeettttt….prut tuprut tuprut….preeetttt…

PAKDE KEMPUL    : (tertawa) Sudah, sudah. Tidak usah bertengkar. Justru kenakalan wajar kalian itu, hiburan bagi Pakde. Tanpa kalian, Pakde sepi. Terkadang di kala suntuk, godaan untuk kembali mangkal di jalanan selalu menghantui. Pakde tepis bayangan buruk itu. Pakde munculkan wajah-wajah kacau kalian. Akhirnya Pakde bisa tidur nyenyak.

https://i0.wp.com/i416.photobucket.com/albums/pp246/marciolimas/Download.gif